Senin, 01 Maret 2010

"Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan"



"Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan"


Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.

Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang
sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.

Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".

Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).

Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah :
o Loyality, seorang pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan kerjanya dan
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
o Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan
tacit knowledge pada rekan-rekannya.
o Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
o Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan
dalam setiap aktivitasnya.

Tugas Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk
bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas):
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung
jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses kepemimpinan
dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas dengan mendahulukan
prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-
tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara
efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
5. Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran huhungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.

Kriteria Seorang Pemimpin
Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya memenuhi beberapa kriteria,yaitu :
1. Pengaruh : Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh ini menjadikan
sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa yang dikatakan sang
pemimpin. John C. Maxwell, penulis buku-buku kepemimpinan pernah berkata:
Leadership is Influence (Kepemimpinan adalah soal pengaruh). Mother Teresa dan Lady
Diana adalah contoh kriteria seorang pemimpin yang punya pengaruh.
2. Kekuasaan/power : Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia
memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa
kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin, tentunya tidak ada orang yang
mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki sang pemimpin ini
menjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang dimiliki sang pemimpin, tanpa itu
mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat
simbiosis mutualisme, dimana kedua belah pihak sama-sama saling diuntungkan.
3. Wewenang : Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada
pemimpin untuk fnenetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/kebijakan.
Wewenang di sini juga dapat dialihkan kepada bawahan oleh pimpinan apabila sang
pemimpin percaya bahwa bawahan tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggung
jawab dengan baik, sehingga bawahan diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari sang pemimpin.
4. Pengikut : Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaaan/power, dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan dan mengikuti apa yang dikatakan sang pemimpin. Tanpa adanya pengikut maka pemimpin tidak akan ada. Pemimpin dan pengikut adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri sendiri.

Pemimpin Sejati
Empat Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1. Visioner: Punyai tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa para pengikutnya. Tujuan Hidup Anda adalah Poros Hidup Anda. Andy Stanley dalam bukunya Visioneering, melihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas, kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya menjalankan sebuah kepemimpinan.
2. Sukses Bersama: Membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses bersamanya.
Pemimpin sejati bukanlah mencari sukses atau keuntungan hanya bag) dirinya sendiri,
namun ia tidak kuatir dan takut serta malah terbuka untuk mendorong orang-orang yang
dipimpin bersama-sama dirinya meraih kesuksesan bersama.
3. Mau Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continuous): Banyak hal yang harus dipela ari oleh seorang pemimpin jika ia mau terus survive sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya hati yang mau diajar baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari pengalaman-diri dan orang-orang lain adalah penting bagi seorang Pemimpin. Memperlengkapi diri dengan buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab dengan para Pemimpin akan mendorong Skill kepemimpinan akan meningkat.
4. Mempersiapkan Calon-calon Pemimpin Masa depan: Pemimpin Sejati bukanlah orang yang hanya menikmati dan melaksanakan kepemimpinannya seorang diri bagi generasi atau saat dia memimpin saja. Namun, lebih dari itu, dia adalah seorang yang visioner yang mempersiapkan pemimpin berikutnya untuk regenerasi di masa depan. Pemimpin yang mempersiapkan pemimpin berikutnya barulah dapat disebut seorang Pemimpin Sejati. Di bidang apapun dalam berbagai aspek kehidupan ini, seorang Pemimpin sejati pasti dikatakan Sukses jika ia mampu menelorkan para pemimpin muda lainnya.

Persyaratan Pemimpin
Di dalam Islam seorang pemimpin haruslah mempunyai sifat:
1. SHIDDIQ artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan
2. FATHONAH artinya cerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan professional
3. AMANAH artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel
4. TABLIGH artinya senantiasa menyammpaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif.

Di dalam Alkitab peminipin harus mempunya sifat dasar :
Bertanggung jawab, Berorientasi pada sasaran, Tegas, Cakap, Bertumbuh, Memberi Teladan, Dapat membangkitkan semangat, Jujur, Setia, Murah hati, Rendah hati, Efisien, Memperhatikan, Mampu berkomunikasi, Dapat mempersatukan, serta Dapat mengajak.

Pada ajaran Budha di kenal dengan DASA RAJA DHAMMA yang terdiri dari :
• DHANA (suka menolong, tidak kikir dan ramah tamah),
• SILA (bermoralitas tinggi),
• PARICAGA Imengorban segala sesuatu demi rakyat),
• AJJAVA (jujur dan bersih),
• MADDAVA (ramah tamah dan sopan santun),
• TAPA (sederhana dalam penghidupan),
• AKKHODA (bebas dari kebencian dan permusuhan),
• AVIHIMSA (tanpa kekerasan)
• KHANTI (sabar, rendah hati, dan pemaaf),
• AVIRODHA (tidak menentang dan tidak menghalang-halangi).

Pada ajaran Hindu, falsafah kepemimpinan dijelaskan dengan istilah-istilah:
• PANCA STITI DHARMENG PRABHU yang artinya lima ajaran seorang pemimpin,
• CATUR KOTAMANING NREPATI yang artinya empat sifat utama seorang pemimpin
• ASTA BRATlA yang artinya delapan sifat mulia para dewa,

CATUR NAYA SANDHI yang artinya empat tindakan seorang pemimpin, Dalam
Catur Naya Shandi pemimpin harus mempunyai sifat yaitu :
- SAMA /dapat menandingi kekuatan musuh
- BHEDA /dapat melaksanakan tata tertib dan disiplin kerja
- DHANA /dapat mengutamakan sandang dan papan untuk rakyat
- DANDHA / dapat menghukum dengan adil mereka yang bersalah.

Trait Theory (Keith Davis)
Ciri Utama Pemimpin Yang Berhasil
• Intelegensia
• Kematangan Sosial
• Inner Motivation
• Human Relation Attitude

Ciri-Ciri Pemimpin Sukses ( Stogdill; 1974)
• Adaptable To Situations
• Alert To Social Environment
• Ambitious And Achievement Oriented
• Assertive
• Cooperative
• Decisive
• Dependable
• Dominant (Desire To Influence Others)
• Energetic (High Activity Level)
• Persistent
. Self-Confident
• Tolerant Of Stress
• Willing To Assujne Responsibility

Skills Pemimpin Sukses (Stogdill; 1974)
. Clever
. Conceptually Skilled
• Creative
• Diplomatic And Tactful
• Fluent In Speaking
• Knowledgeable About Group Task
• Organized (Administrative Ability)
• Persuasive
• Socially Skilled


Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123). Sedangkan menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain:
1) kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi,
2) di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan
3) adanya tujuan bersama yang harus dicapai.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.

Beberapa pendapat ahli mengenai Kepemimipinan :
1. Menurut John Piffner, Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan
mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki
(H. Abu Ahmadi, 1999:124-125)
2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti Kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan
(Jacobs & Jacques, 1990, 281)
4. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
(Slamet, 2002: 29)
5. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
(Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7)
6. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 29)
7. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123).
8. Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
( Ngalim Purwanto ,1991:26)

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku Aeseorang atau sekelompok orang untuk meneapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengafuhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utatna seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang posetif dalam usaha mencapai tujuan.

Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan:
1. Pendayagunaan Pengaruh
2. Hubungan Antar Manusia
3. Proses Komunikasi dan
4. Pencapaian Suatu Tujuan.

Unsur-Unsur Mendasar
Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan dari defmisi-defmisi yang dikemukakan di atas, adalah:
1. Kemampuan mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan).
2. Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok.
3. Adanya unsur kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup : Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, beJajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan : Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpjn dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif : Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin hams dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin haras dapat menunjukkan energi yang positif, seperti;

a. Percaya pada orang lain : Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk
staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan
pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan
kepedulian.
b. Keseimbangan dalam kehidupan : Seorang pemimpin haras dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan
keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi.
Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan : Kata 'tantangan' sering diinterpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergi : Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan, Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi
adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja
kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang,
atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan mengembangkan diri sendiri : Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:
1) pemahaman materi;
2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman;
3) mengajar materi kepada orang lain;
4) mengaplikasikan prinsip-prinsip;
5) memonitoring hasil;
6) merefleksikan kepada hasil;
7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;
8) pemahaman baru; dan
9) kembali menjadi diri sendiri lagi.



PEMIMPIN MUDA ADALAH PEMIMPIN YANG SELALU BERJIWA MUDA DAN BERFIKIR DEWASA


Pengertian pemimpin kaum muda bukan hanya fisiknya saja, tapi memiliki semangat mencari jati diri, semangat kebebasan, kemerdekaan jiwa didalam berekspresi dalam memperjuangan nilai kebenaran, kebersamaan, keadilan, dan nilai-nilai lainnya untuk memujudkan kehidupan yang lebih beradab. Demikian diungkapkan Budi Praptono (Aktivis Senior KKMB,Ketua Forum Komunikasi Sosial Masyarakat Merah Putih Bersatu-FKSM MPB) dalam Diskusi PROSPEK KAUM MUDA DALAM KEPEMIMPINAN BANGSA Dan Sosialisasi Kongres Kaum Muda Jabar 28 Oktober 2008, Belum lama ini di Mekar Sari Baleendah Kab. Bandung.

Hadir dalam diskusi tersebut nara sumber lainya yaitu Radhar Tri Baskoro ( Ketua Forum Aktivis Bandung),Maman Abdurahman (Aktivis Senior ’79, Anggota DPRD JABAR) dipandu Moderator Asep Rohmandar (Aktivis Merah Putih Bersatu).

Lebih lanjut Budi mengatakan bahwa bisa saja orang yang berusia tua asuk kategori pemimpin kaum muda asal mempunyai semangat dan kemampuan dinamis untuk sebuah perubahan.

“Apakah orang yang berusia tua bisa masuk kategori kaum muda? Jawabanya Ya. Orang yang berusia tua kalau mempunyai semangat yang dinamis menuju perubahan, itu sesungguhnya berjiwa muda!” Kata Budi yang juga pakar Manajemen dari IT Telkom.

Menyinggung mengenai kebangkitan Indonesia, Budi mengatakan sebagai bangsa timur yang beradab, yang selayaknya memimpin peradaban dunia. Bukankah kita lebih senang hidup Mandiri merdeka, tidak dijajah, tidak bergantung kepada segelintir bangsa yang yang mempunyai kekuasaan modal (kapital)?

“Bukankah kita adalah bangsa yang berdaulat dan berbhinneka. Bebas menentukan pikiran dan peradaban budaya kita sendiri tanpa harus menjadi bangsa lain dan menjadi sasaran Intervensi bangsa-bangsa lain tersebut” Kata Budi.

“Kita harus berani bermimpi Indonesia akan menjadi pusat peradaban tata dunia baru, yang mengusung nilai-nilai luhur, yang mengedepankan nilai-nilai spiritual, yang bukan mengedepankan senjata. Inilah yang ditunggu-tunggu oleh bangsa beradab di seluruh jagat raya ini.” Katanya.

Menurut Budi, sekarang ini orang kelihatan trend beragama itu kesannya masih mengarah kepada kegenitan beragama, tidak mengarah kepada peningkatan ruh, spiritual, yang masih malu atau takut berbicara sosialisme. Sesungguhnya, kalau kita merasa bergama tapi tidak sosialis sebenarnya diragukan keberagamaannya.

“Padahal Sosialisme itu inti pokok dari ajaran agama, tetapi sosialisme yang tidak pilih kasih terhadap kelompok atau golongan tertentu” Kata Budi.

Mengenai krisi ekonomi yang menimpa Negara maju saat ini menurut Budi sesungguhnya diluar akal sehat.

“Krisis ekonomi dunia (AS) yang menimpa saat ini sungguh diluar akal sehat.Bagaimana bisa terjadi amerika yang banyak orang - orang pintar secara intelektual, orang-orang berkuasa, akhirnya menjelang ambruk. Begitu juga dengan Indonesia, keadaan semakin tidak menentu. Saya yakin peradaban yang dibangun hanya oleh kekuatan intelektual tanpa kekuatan spiritual yang kuat dipastikan mudah roboh dan keropos” Kata Budi.

Pemimpin Muda

Geliat politik menuju pemilihan presiden [pilpres] 2009 semakin memanas. Sejumlah tokoh sudah mendeklarasikan kesediaanya menjadi calon presiden [capres]. Berbeda dengan pilpres 2004 calon presiden mulai nampak didominasi oleh tokoh-tokoh muda berwajah baru.

Sebut saja Fadjroel Rachman, Soetrisno Bachir, Rizal Mallarangeng, Ray rangkuti, serta sejumlah nama lainnya.

Semangat dan geliat politik ini patut diapresiasi. Sebab, menurut beberapa penelitian kini publik mulai jenuh dengan tampilnya wajah-wajah lama dalam bursa pencalonan capres. Tokoh semacam Gus Dur, Amien Rais, Megawati, SBY, Wiranto, Jusuf Kalla, Sutiyoso, bahkan Prabowo merupakan wajah-wajah lama yang dianggap “gagal” membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat.

Dalam situasi demikian menghadirkan pemimpin muda dalam kancah politik nasional menjadi sangat penting untuk mengembalikan proyek-proyek keindonesiaan yang gagal dipimpin oleh kaum tua.

Berbekal landasan epistemologis yang kuat kaum muda ingin membuktikan eksistensinya di tengah kemacetan [stagnasi] ekonomi politik bangsa ini. Sebab, sejarah telah mengajarkan bahwa kaum muda selalu menjadi pionir perubahan bangsa.

Kemerdekaan yang selama ini kita nikmati adalah jerih payah kaum muda. Sejarah lahirnya gerakan Budi Utomo, Sumpah Pemuda 1928, masa Orde Lama, pergantian Orde Lama ke Orde Baru hingga reformasi 1998, juga ditorehkan oleh kaum muda. Maka, memunculkan kembali kaum muda sebagai pemimpin negeri ini sudah menjadi semacam kewajiban sejarah.

Di lain hal saat ini gagasan kepemimpinan kaum muda juga mendapat apresiasi dari kalangan luas. Riset Pusdeham (Agustus - September 2007) melaporkan 70% responden memerlukan pemimpin baru yang segar dan tegas untuk mengatasi problem bangsa Indonesia.

Hal tersebut kemudian diperkuat oleh riset Kompas pada 17/9/2007 tentang capres 2009. Hasil tertingginya adalah keinginan masyarakat agar presiden tersebut merupakan tokoh baru 46%, berasal dari sipil 50%, ekonomi kelas menengah 47%.

Lalu, polling MetroTV pada tanggal 4/11/2007 juga menguatkan hal yang sama. Sebanyak 55%
dari 264 voters mengatakan bahwa layak bagi kaum muda untuk jadi presiden. Namun, yang menjadi pertanyaan kaum muda seperti apakah yang layak memimpin negeri ini?

Apakah munculnya tokoh seperti Fadjroel Rachman, Soetrisno Bachir, Rizal Mallarangeng, Yusril Ihza Mahendra, Ratna Sarumpaet, dan sejumlah tokoh lain dapat merepresentasikan gagasan kepemimpinan kaum muda?

Sebelum menyebut nama ada baiknya kita mendiskusikan terlebih dahulu bagaimana gagasan awal, visi, dan misi kepemimpinan kaum muda. Hal ini penting agar kita tidak terjebak pada ketokohan [figur]– seperti dipopulerkan oleh iklan politik– yang sesungguhnya belum tentu mewakili visi, misi, dan gagasan kepemimpinan kaum muda.

Mengenai kriteria, visi, dan misi pemimpin muda sebenarnya dapat kita baca dari ikrar “Deklarasi Saatnya Kaum Memimpin” dan buku “Merebut Mimpi Bangsa: Visi dan Misi Kaum
Muda Memimpin [Kalam Nusantara, 2008]” yang baru-baru ini diluncurkan. Keduanya memiliki kesamaan persepsi bahwa kriteria pemimpin muda bukan hanya didasarkan atas usia. Tapi, juga visi dan misi yang diusungnya.

Visi utama kaum muda memimpin adalah membebaskan Indonesia dari belenggu kemiskinan, pengangguran, serta kekerasan. Sebab, semenjak Republik ini berdiri ketiga problem tersebut selalu menjadi hantu sejarah yang sulit dimusnahkan. Untuk itu Indonesia memerlukan cara pandang baru dalam mengelola kekayaan alam dan mengurus rakyatnya.

Dalam hal ini, mengutip tulisan M Yudhie Haryono dalam buku “Merebut Mimpi Bangsa”, kaum muda harus melakukan perubahan mendasar meliputi empat hal. Pertama, perubahan paradigma pembangunan yang mengutamakan pemerataan, bukan pertumbuhan [politik undang-undang]. Kedua, nasionalisasi asset strategis dan Sumber Darya Alam (SDA) untuk kemakmuran rakyat [politik kesejahteraan]. Ketiga, hapus hutang lama dan tolak hutang baru [politik kemandirian]. Keempat, proteksi dan penggunaan produksi dalam negeri [politik kemodernan].

Singkatnya, siapa pun capres yang memiliki political will untuk mengusung keempat gagasan di atas dialah pemimpin muda. Pemimpin yang bukan hanya muda usianya tapi juga mempunyai visi dan misi yang jelas dan tegas. Dialah pemimpin yang ditunggu-tunggu rakyat bak Ratu Adil dalam kosmologi orang Jawa.


Saatnya Kebangkitan Pemimpin Muda

Setiap pemimpin yang progressif-revolusioner mempunyai posisi dan peran strategis dalam kehidupan bangsa dan negara. Karena dengan kepemimpinan yang progresif-revolusaioner, bangsa dan negara akan mampu menghadapi berbagai rintangan dan persoalan yang senantiasa menghadang. Pengalaman sejarah membuktikan bahwasanya kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia tak pernah lepas dari peran para bapak pendiri bangsa (founding fathers) yang memiliki tekad juang tinggi, progressif dan revolusioner. Sosok seperti Soekarno, Semaun, M Natsir dan sederet nama lainnya merupakan figur pemimpin progresif-revolusioner yang memberi inspirasi bagi lahirnya kemajuan bangsa indonesia.
Diakui atau tidak, bangsa ini kini mengalami indikasi adanya krisis kepemimpinan. Kepemimpinan sekarang belum mampu mewujudkan cita-cita keadilan sosial.
Demokrasi politik yang didengungkan selama ini hanya menjadi pentas adu kekuatan untuk memperebutkan dan mempertahankan kedudukan dan kekuasaan tanpa memperhatikan norma dan etika yang berlaku. Betapa hukum telah disiasati dan dimanipulasi untuk kepentingan pribadi dan golongan.
Berdasarkan pada kenyataan-kenyataan getir yang melanda bangsa inilah, Eko Prasetyo melalui buku yang berjudul Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin! Soekarno, Semaoen dan Moh. Natsir, ini mencoba menekankan betapa pentingnya kepemimpinan masa depan lebih berorientasi untuk kepentingan bangsa dan negara dan bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan. Sebab pada dasarnya, kepemimpinan merupakan fenomena kemasyarakatan yang berpengaruh terhadap perkembangan corak dan arah kehidupan masyarakat.
Dengan menggunakan bahasa provokatif yang lugas, cara yang paling efisien dalam pandangan Eko adalah dengan jalan “Potong Kompas”, yakni dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kaum muda untuk mewujudkan cita-cita bangsa keluar dari labirin-labirin keterpurukan bangsa.
Jika melihat isinya, buku menguak kembali memoar pembaca negeri ini dulunya dibangun dan diperjuangkan oleh orang-orang muda yang meletup-letup spirit perjuangan dan semangat intelektualnya (hal. 10). Buku ini meyakinkan saatnya bangsa ini dipimpin oleh orang-orang muda, gagasan kerja intelektual ataupun pergerakannya menegaskan betapa kuatnya posisi kaum muda untuk mendesak perubahan (hal. 57). Bukankah sosok-sosok sekaliber Soekarno, Moh Natsir dan Semaoen adalah pemuda-pemuda yang tumbuh ditengah gejolak. Dalam usia muda mereka menapak karir sebagai tokoh pergerakan. Soekarno muda dalam usia belasan tahun sudah menjadi pemimpin dan ”macan podium” mampu membius ribuan pendukungnya dalam setiap orasi ysng dibawakannya. Moh. Natsir menjadi ulama sekaligus pejuang yang melahirkan banyak karya. Juga Semaoen, seorang pemuda yang menjadi penggiat aksi dan kawan buruh, yang diyakini pemimpin pertama PKI. Ketiganya bersama dengan Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Soewardi Soerjadiningrat dan banyak pemuda lain, melukis wajah negeri ini dengan tinta kehormatan.
Tidak jarang pula, perjuangan mereka berbuah pahit. Bagaimana, Bung Karno baik dalam Suluh Indonesia Muda, pembelaannya dalam Indonesia Menggugat, buah pemikirannya dalam Mencapai Indonesia Merdeka, menyebabkan beliau dibuang-(asing)-kan ke Flores, dapat dilihat pula pemikiran-pemikiran Bung Hatta, Sjahrir, Ali Sastroamijoyo, Sartono, Suwandi juga setidaknya dalam majalah-majalah Daulat Rakjat Suluh Indonesia Muda yang dengan tabah menerima nasib yang tak kalah getirnya.
Generasi muda 1928, memainkan peran tak kalah penting sejalan dengan tantangan riil dihadapi lingkungan masyarakatnya pada masa itu. Makna perjuangan dan pergerakan pemuda itu –seperti yang tergabung dalam Jong Java dan atau Jong Islamitten Bond- sadar benar, tantangan riil mewujudkan cita-cita memerdekakan diri menjadi bangsa mandiri dan bermartabat.
Generasi muda pada masa itu perlu bersumpah untuk mewujudkan tali persatuan guna memperteguh integrasi nasional sebagai syarat mutlak mewujudkan cita-cita bangsa. Sumpah Pemuda yang merupakan ‘resolusi’ benar-benar menjadi kebulatan tekad bersama semua unsur pemuda di Nusantara untuk bersatu bangsa, bersatu tanah air dan bersatu bahasa: Indonesia, memperlihatkan dengan tegas sekali benang merah itu.
Melihat cover yang teenage dan pemakaian “bahasa gaul/slank” yang berserakan disetiap struktur penyampaian gagasannya. Lebih-lebih, sisipan narasi-narasi singkat dan ilustrasi gambar yang kritis dan lugas menggelitik, Eko Prasetyo, tampaknya memang membidik ”tema serius” ini menjadi bacaan ringan yang digandrungi oleh kalangan muda. Sayangnya, jika melihat grandmind gagasan yang dilontarkan penulis buku ini, sebagai jembatan bagi terputusnya alur sejarah spirit heroisme pemuda “dulu dan sekarang”.
Harapan demikian menjadi sangat ironis ketika melihat kondisi sekarang ini dimana sekian generasi muda justru tenggelam dalam hal-hal yang jauh dari cita-cita perjuangan pendahulu dan semangat mengisi pembangunan negerinya.
Generasi muda saat ini jauh lebih akrab dengan Narkoba, budaya hedonisme, tawuran antarpelajar, semakin menggerus harapan. Jika falsafah berujar al-fata abna al-zaman; pemuda adalah anak-anak dari zamannya, memainkan peran aksi dan reaksi atas persoalan riil bangsa dan lingkungan sebagaimana ditorehkan generasi muda 1908, generasi 1928, generasi 1945, dan generasi 1966, generasi-generasi muda menorehkan tinta emas. Sejauh mana peran positif serupa disumbangkan generasi muda sekarang ini ?
Dan kesadaran apa yang perlu dibangun mempersiapkan diri menjadi pemimpin muda handal negeri ini?

2 komentar: